Anggota DPR Fadli Zon memicu kontroversi setelah membantah adanya pemerkosaan massal terhadap perempuan Tionghoa dalam kerusuhan Mei 1998. Dalam pernyataannya, ia menyebut belum menemukan bukti kuat yang membenarkan adanya kekerasan seksual sistematis pada saat itu. Pernyataan tersebut langsung menuai kecaman dari berbagai pihak, termasuk aktivis hak asasi manusia, tokoh masyarakat, hingga warganet.
Para aktivis mengecam Fadli Zon karena mereka menilai pernyataannya mengabaikan trauma dan kesaksian para korban serta keluarga mereka. Komnas Perempuan bahkan kembali menegaskan bahwa mereka sudah menerima laporan, dokumentasi, dan hasil investigasi yang menunjukkan adanya kekerasan seksual dalam tragedi tersebut. Mereka meminta publik menghormati pengalaman korban dan tidak mengaburkan fakta sejarah.
Di media sosial, masyarakat mengecam Fadli Zon dengan tagar yang mendesaknya meminta maaf. Banyak yang menganggap pernyataan tersebut tidak sensitif dan menyakitkan bagi para penyintas dan keluarganya. Sejumlah pihak juga mengingatkan bahwa pemerintah dan lembaga terkait sudah lama mengakui daftar medusa88 peristiwa ini sebagai pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia.
Sejumlah tokoh sipil meminta Fadli Zon menarik ucapannya dan menunjukkan empati terhadap korban. Mereka menekankan bahwa pelurusan sejarah tidak bisa dilakukan dengan menghapus kenyataan pahit yang telah terjadi.
Dengan pernyataan ini, Fadli Zon membuka kembali luka lama yang belum sembuh. Masyarakat berharap para pemimpin bersikap bijak dalam menyikapi tragedi kemanusiaan, bukan justru menimbulkan polemik baru yang memperburuk luka sejarah bangsa.